Kisah Dokter Rasa Tukang Parkir, Cuma Patok Tarif Rp2 Ribu
Dokter menjadi salah satu profesi mulia. Sebab tugasnya terkait kemanusiaan banyak membawa manfaat bagi manusia lain. Dengan tangan dan pengetahuannya di bidang medis, seorang dokter bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Kemuliaan seorang dokter bisa menjadi dobel jika yang bersangkutan juga melakukan hal-hal baik. Misalnya dengan memasang tarif seikhlasnya kepada pasien.
Hal itu yang tercermin dari diri Fransiskus Xaverius Sudanto. Dihimpun berbagai sumber, dokter kelahiran di Kebumen, Jawa Tengah 1948 ini bertugas di Abepura, papua.
Dia menjadi terkenal karena melayani pasiennya hanya dengan tarif tak lebih dari dua rupiah. Ia bahkan menerima pasien yang hanya memberikan ucapan terima kasih sebagai balasan.
Semangat Sudanto mengabdi kepada masyarakat Papua dimulai pada 1976 setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Umum (FKU) Universitas Gajah Mada (UGM).
Setelah lulus, Sudanto mendaftar untuk program Dokter Inpres. Dia kemudian ditempatkan di wilayah Asmat, Irian Jaya (nama lama Papua).
Di Asmat, Sudanto bertugas selama enam tahun sampai 1982. Tugasnya mencakup empat kecamatan terpencil. Wilayah tugas yang benar-benar di pedalaman membuat Sudanto setiap hari harus berjalan kaki keluar masuk hutan dan rawa untuk menjangkau satu desa ke desa lainnya.
Bertugas di desa-desa wilayah terpencil Papua membuat Sudanto berhadapan dengan kenyataan bahwa masyarakat di sana tak punya banyak uang untuk kesehatan. Banyak pasien yang hanya membayar dengan sagu, rempah-rempah atau kayu bakar dari hutan, dan tak jarang hanya ucapan terima kasih.
Selesai menjadi dokter Inpres, Sudanto kemudian bertugas di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Abepura hingga pensiun pada tahun 2003. Selepas pensiun ia membuka praktik pengobatan di rumahnya di Abepura sembari mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura serta beberapa kampus swasta di Jayapura.
Selama membuka praktik di rumah, Sudanto tak memasang tarif tinggi. Pasien hanya perlu membayar biaya pemeriksaan seikhlasnya paling banyak Rp2 ribu.
Tarif murahnya itu membuat dalam sehari ia bisa melayani hingga 200 orang pasien mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00 WIT.
Karena kemurahan hatinya, ia juga terkenal dengan sebutan Dokter Dua Ribu atau dokter rasa tukang parkir.
Kisah Sudanto yang diunggah oleh akun @merindink di Instagram menuai respons positif dari warganet.
"Trimakasi dokter, kami masyarakat Papua sgt berterimakasih buat dokter. Saya pernah berobat di dokter sudanto dan saya sehat hyanya dgn 2000, GBU."
"Salute.....#sehat selalu njih pak Dokter."
"Sa termasuk pasien yg suka berobat ke bliau saat masih mahasiswa. Dulu cuma Rp 1000." (ace)
Sumber: kumparan
0 Response to "Kisah Dokter Rasa Tukang Parkir, Cuma Patok Tarif Rp2 Ribu"
Post a Comment